PRAGMATIC123 – Kisah Mbok Yem Puluhan Tahun Buka Warung di Gunung Lawu, Jadi Surga bagi Pendaki yang Lelah dan Lapar

Mbok Yem, meninggal dunia pada Rabu (23/4/2025), dalam usia 82 tahun.
Selama puluhan tahun, Mbok Yem dikenal sebagai sosok yang tak kenal lelah melayani para pendaki yang membutuhkan makanan dan kehangatan di puncak Gunung Lawu.
Warung Mbok Yem di puncak Gunung Lawu telah berdiri sejak 1980an dan menjadi tempat yang sangat dihargai oleh para pendaki, terutama yang datang malam hari dengan perut lapar dan lelah.
Rela Gorengkan Telur untuk Pendaki di Tengah Malam
Mbok Yem selalu siap sedia menyediakan makanan, bahkan jika itu berarti ia harus begadang hingga tengah malam.
“Kemarin itu sakit gigi, enggak bisa tidur. Kadang sampai jam 12 malam enggak tidur. Jam 2 malam itu masih goreng telur karena ada pendaki yang lapar. Kalau capek baru tertidur,” kenang Mbok Yem ketika ditemui pada Maret 2025 lalu.
Meskipun kesehatan Mbok Yem sempat terganggu, termasuk sakit gigi yang membuatnya terpaksa beristirahat, ia tetap mempertahankan komitmennya untuk melayani para pendaki.
Bahkan, ketika ia jatuh sakit pada awal 2025 dan harus dirawat di RSU Aisyiyah Ponorogo karena pneumonia, warungnya tetap buka.
“Masih ada Muis sama Jarwo yang ada di warung,” ujarnya dari rumah sakit.
Mbok Yem selalu mengutamakan kebutuhan para pendaki di puncak Gunung Lawu.
Mbok Yem Berjualan Bukan demi Keuntungan
Putranya, Saelan, mengungkapkan bahwa meskipun usianya sudah lanjut dan kondisinya semakin rapuh, Mbok Yem enggan berhenti berjualan.
“Dilarang pun tidak bisa karena kalau di rumah yang dipikir bagaimana orang-orang yang naik gunung bisa makan,” ungkap Saelan.
Ia juga menambahkan bahwa bagi Mbok Yem, yang terpenting bukanlah keuntungan, melainkan memastikan warungnya tetap menyediakan makanan bagi pendaki yang membutuhkan.
Biaya untuk membawa barang dagangan seberat 35 kilogram ke puncak pun mencapai Rp 500.000, tetapi Mbok Yem lebih mementingkan bisa tetap melayani orang lain daripada keuntungan pribadi.
Warung Mbok Yem, meski sederhana, telah menjadi bagian tak terpisahkan dari perjalanan pendaki Gunung Lawu.
Banyak pendaki yang merasa terhubung dengan kisah hidup Mbok Yem yang penuh dedikasi dan semangat juang.
Salah satu menu legendaris yang sangat dirindukan adalah nasi pecel yang selalu siap disantap, memberi energi tambahan bagi para pendaki yang letih setelah perjalanan panjang.
Kisah Mbok Yem akan terus dikenang sebagai simbol ketulusan dan dedikasi kepada sesama.
Dengan warung yang menjadi oasis di tengah kerasnya pendakian, Mbok Yem telah meninggalkan jejak yang abadi di hati setiap pendaki yang pernah singgah.
Sebagian artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul “Mengenang Semangat Mbok Yem, Masih Goreng Telur Jam 2 Pagi demi Pendaki Bisa Makan”.
Leave a Reply